Kalau diindonesiakan artinya “lingkaran setan”, artinya lingkaran yang tidak berujung pangkal. Jadi gak ada habis-habisnya, gitu lagi-gitu lagi. Lingkaran setan kerap kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang mau saya bahas di sini adalah pertanyaan lingkaran setan yang terjadi di dalam kehidupan kita, biasanya yang kepo emak-emak/cewek-cewek. Kita bahas satu per satu, check it out.
Sekolah/kuliah di mana?
Waktu kecil pasti ada yang tanya ke kita/orang tua kita tentang di mana kita sekolah/kuliah di mana dan biasanya nih ada 2 kemungkinan jawabannya. Yang pertama kalau kebetulan anaknya pinter, pasti orang tuanya (terutama IBU) pasti akan menjawab lebih dari sekedar nama sekolahnya. Pasti akan menjelaskan fasilitasnya, keunggulan sekolahnya, dan mungkin kalau sudah tingkat lanjut pasti cerita nilai-nilai mata pelajarannya yang bagus, ikut ekskul apa, prestasinya apa, dll. Yang kedua kalau anaknya biasa-biasa aja, pasti cuma jawab nama sekolahnya aja. Hahaha, rasanya saya berlebihan, tapi ya memang terpampang nyata, bukan buaian, bukan remix, bukan khayalan, bhay (lama-lama jadi mirip teteh princess syahrimin).
Sudah lulus belum??? Kapan sidang??? Kapan wisuda???
Nah ini biasanya terjadi sama yang sudah kuliah namun tak kunjung lulus, hihihi. Padahal yang sebaya sama dia umumnya sudah lulus, malah melanjutkan di jenjang berikutnya (pernikahan eh S2). Kalau satu dua kali mungkin gak masalah ya, tapi kalau sering, pasti ogah banget dengerinnya. Mungkin maksudnya baik kali ya (biar cepet lulus), tapi kan ganggu gitu kan. Kayak gak ada urusan lain aja. Mungkin aja belum lulus itu mau memperbaiki nilai-nilai yang jeblok, seenggaknya di transkrip nilainya jadi keren gitu. Ini bukan curhat ya, kalau saya mah standar lah.
Kerja di mana???
Ini pertanyaan selanjutnya kalau lulus ujian hidup yang di atas tadi ya. Jaman sekarang punya ijasah itu tidak menjamin bakal langsung dapat kerja. Tiap tahun yang lulus dari perguruan tinggi itu ribuan, tapi lapangan kerja terbatas sehingga banyak sekali pengangguran hingga saat ini. Biasanya juga yang belum kerja itu bukan karena dia bodoh. Mungkin dia pemilih (pengen kerja di suatu instansi ternama, pengen dapet gaji sekian, pengen kerja di daerah sini, dll). Ada yang sudah usaha mati-matian, tapi mungkin emang belum rejekinya. Biasanya nih kalau sudah berulang kali ditolak lamaran nikah kerjanya, pasti ekspektasinya akan diturunkan sedikit yang akhirnya jadi “yang penting gue kerja”. Gak masalah sih, asal gak asal-asalan aja ya milih kerjaannya. Trs mungkin ada yang akhirnya terjun jadi wirausahawan/ti. Ya bukannya saya gimana gitu ya, tapi bisa jadi dicoba. Itung-itung bisa membantu warga negara Indonesia yang belum mendapat pekerjaan, mendukung cita-cita mulia Menakertrans.
Untuk poin yang selanjutnya, ini sebetulnya teringat akan iklan layanan masyarakat untuk merencanakan kelahiran anak itu. Mari kita lanjut.
Kapan nikah????
Pertanyaan ini biasanya sih sering dilontarkan kepada mereka-mereka yang pekerjaannya lagi bagus-bagusnya, terus menjalin hubungan percintaan yang sudah lama, dan/atau yang sudah berusia “matang” (atau kematengan kali ya, hihi) tapi belum menikah. Biasanya kalau ditanya masalah ini, jawabnya “belum siap”, “nunggu mapan”, “masih sibuk meniti karier”, dan berbagai jawaban klise lainnya. Tapi menurut saya ini ya, kalau jawabnya begitu, pasti sampai kapan pun rasanya belum ada cukupnya. Kalau bilangnya belum siap, siapnya kapan hayo? Cepat atau lambat pasi harus menghadapi hal ini. Kalau belum mapan, yang namanya manusia itu pasti masih merasa belum mapan. Definisi mapan tuh yang bagaimana??? Punya uang banyak??? Mobil banyak??? Rumah di mana-mana??? Ntar kalau kayak si “AF” yang lagi happening bangert itu, baru kapok. Mungkin jawaban yang tepat itu “belum dapat hidayah” kali ya, hihihi.
Sudah “isi” belum?
Kalau ini, yang ngalamin pasti wanita yang baru saja menikah, tapi tidak segera punya anak. Kalau yang ini sih kayaknya curhatan saya banget ya, hihi. Kalau memang “menunda”, tinggal jawab aja kalau masih menunda dulu karena alasan blablabla. Lain ceritanya kalau kita nggak punya niat untuk menunda, namun rejeki itu belum kita dapatkan. Kalau satu-dua kali kita jawab, gak masalah ya. Tapi kalau tiap ketemu orang terus nanyain hal yang sama gitu, lama-lama bosan banget. Dari jawabnya “doain aja” sampai bilang “sementara isinya angin, makanan, dll”, sampai bosen harus ngomong apa. Pengennya tuh direkam aja jawabannya, terus tinggal diputar aja tuh jadi gak capek ngomongin itu melulu. Mungkin maksudnya baik ya karena biasanya kalau tahu kita belum “isi” pasti didoain semoga cepat isi. Apalagi kadang yang bikin sirik tuh ya kalau ada temen yang memajang foto hasil USG ketika pertama kali memastikan kehamilan. Atau teman yang nikahnya setelah kita, tapi udah tokcer aja gitu. Untung kedua orang tua dari kedua belah pihak gak ada yang menekan dengan pertanyaan seperti ini (alhamdulillah yah). Ya setelah dipikir-pikir sih terima saja lah ketentuan dari Tuhan. Mungkin disuruh pacaran dulu, kan kalau pacaran setelah nikah lebih nikmat toh? Ya disuruh menikmati indahnya berdua sebelum dipenuhi kewajiban mengurus anak. Nanti kalau sudah punya anak, belum tentu kan bisa nge-date berdua seperti ketika belum ada anak. Jadi saran saya nih, kalau ada teman yang baru menikah, jangan pernah sekali-sekali nanya udah “isi” atau belum. Mungkin keliatannya kita biasa-biasa aja, tapi di dalam hati siapa yang tahu kan. Apalagi kalau bilang ayo usaha terus. Hellooooooow, tanpa dikasih tahu pasti usaha terus.
Yang selanjutnya, pasti sudah bisa ditebak.
Kapan ngasih adik? Kapan nambah momongan lagi?
Kalau yang ini ya biasanya buat pasangan yang sudah menikah dan punya anak (entah 1 atau lebih dari 1 yang jenis kelaminnya homogen). Kalau dipikir-pikir ya, rese bener yang nanya beginian. Itu kan hak dari keluarga itu sendiri. Siapa tahu gak mau langsung nambah momongan, mau ngasih jarak (seperti program layanan pemerintah itu). Lagipula hidup jaman sekarang itu gak mudah. Harga kebutuhan pokok, BBM, dsb yang terus naik dari waktu ke waktu. Belum ditambah biaya pendidikan yang semakin lama semakin mencekik. Memang sih rejeki ada yang mengatur, tapi mending milih mana, “anak banyak tapi tidak terurus atau yang sedikit tapi gak terlantar”? Silakan dipikir sendiri ya 🙂
Kapan mantu????
Ini biasanya sama orang tua yang anaknya belum menikah. Nah nantinya kalau kita sudah punya “anak yang usianya layak untuk menikah tapi belum menikah”, jadi berkaca sama kita waktu muda dulu kan? Jadi setidaknya kita bisa memahami perasaan anak kita nanti dan kalau bisa jangan dikejar untuk menikah, tapi juga jangan malas usaha.
Kapan punya cucu???? Kapan nambah cucu lagi????
Lagi-lagi pertanyaan ini muncul lagi, tapi muncul pada generasi penerus kita. Kalau kita pernah mengalami kejadian begini (yang pahit pastinya), maka besok kalau jadi orang tua hendaknya jangan rese sama anak dengan membebani dengan pertanyaan menyiksa itu.
Tapi herannya ya gak pernah tuh ada yang bilang begini kalau sudah tua (coba aja cari ada nggak yang ngomong gini ke orang yang lanjut usia)
Kapan mati????
Pesan saya satu ya, jangan coba-coba berani ngomong begini sama yang sudah lanjut usia. Kalau ada yang ngomong begini, pasti dah dibejek-bejek tuh kepalanya sama ybs, kecuali kalau Anda memiliki “kelainan jiwa” atau “kelainan cara berpikir”.
Jadi dapat simpulkan sendiri ya kenapa hal-hal di atas disebut pertanyaan lingkaran setan. Ya karena pertanyaan ini tidak akan pernah putus, kecuali kalau kita sudah mati. Ketika di alam kubur pun kita akan ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir (thx Ami Bakri for the correction), yang hasil jawaban panca indra kita akan menentukan apakah kita akan mendapat nikmat kubur atau siksa kubur (tumben banget nih saya bener, hihi). Anyway, selamat malam di Indonesia, selamat pagi di Amerika, selamat sore di Inggris. Jangan bosan-bosan berkunjung ke mari :p .